Matematika?? TIDAAAAKKK!!!!
Dahulu itulah yang aku katakan ketika mendengar namanya. Aku begitu membencinya karena bagiku matematika adalah pelajaran yang sulit. Ketika aku masih kelas 3 atau 4 SD, setiap ada pelajaran matematika, guruku pasti memberikan PR dan aku tidak bisa mengerjakannya. Dan ketika aku mengerjakannya di rumah, semakin bapak menjelaskan materi kepadaku, semakin aku tidak mengerti sehingga jika batas kesabaran bapak sudah habis, beliau akan memarahiku dan mengatakan, “Bodoh kamu!” Bahkan tidak segan-segan bapak akan menjentulkan kepalaku ke lantai karena pada waktu itu aku belajar membungkuk di lantai tanpa meja. Dan aku pasti langsung meneteskan air mata tetapi aku tidak berani menunjukkan wajahku padanya karena itu akan membuatku semakin dimarahi.
Suatu hari aku menceritakan masalahku ini pada guruku. Ketika pulang sekolah, aku menunggu kelas sepi dan kuhampiri Bu Musyarifah.
“Ada apa, Tika?” kata Bu Musyarifah ketika aku datang menghampiri mejanya.
“Bu, aku mau cerita boleh ga?” tanyaku.
“Boleh. Mau cerita apa?” tanya Bu Musyarifah keheranan sambil mengernyitkan alis.
“Bu, kenapa Ibu sering ngasih PR matematika?”
“Memangnya kenapa, Tika?” kata Bu Musyarifah yang semakin penasaran.
“Aku ga bisa matematika, Bu. Jadi, kalau ada PR matematika aku pasti selalu dibentak sama bapak kalau ga ngerti-ngerti dan kadang-kadang bapak jentulin kepalaku. Jadi, tolong Bu, jangan kasih PR matematika yang banyak,” kataku sambil mengingat saat-saat dimana aku dimarahi bapak.
“Ibu ngasih kalian PR justru agar kalian bisa lebih mengerti dan memahami matematika”, Bu Musyarifah memberi pengertian padaku.
“Bu, satu-satunya pelajaran yang paling aku benci itu matematika. Matematika itu memusingkan. Pasti semua orang di dunia ini ga suka deh sama matematika,” kataku sok tahu.
“Kata siapa? Buktinya sewaktu Ibu sekolah dulu, pelajaran yang paling Ibu sukai adalah matematika”.
“Kok bisa? Padahal kan matematika itu susah, Bu,” protesku.
“Pada awalnya, Ibu juga berpikir seperti kamu bahwa matematika itu susah tetapi Ibu dulu adalah orang yang penasaran dan ingin tahu. Kalau Ibu mengerjakan sesuatu dan Ibu belum mendapatkan hasilnya, Ibu akan mencobanya terus sampai bisa. Jadi, coba deh, kalau kamu mengerjakan matematika dan kamu belum menemukan hasilnya, jangan pernah menyerah. Lanjutkan sampai kamu bisa. Ketika Tika menemukan jawabannya, Tika akan merasa kepuasan tersendiri. Percaya deh sama Ibu,” kata Bu Musyarifah.
Kata-kata Bu Musyarifah itu yang mengubah pikiranku akan matematika. Ketika ada PR matematika, aku berusaha untuk mengerjakannya semampuku. AJAIB!! Kata-kata Bu Musyarifah ternyata benar. Ketika aku mendapatkan jawaban dari soal yang kuanggap sulit, ternyata hatiku merasa senang. Dan aku menginginkan saat-saat seperti itu lagi dan begitulah seterusnya. Dan kini matematika tidak lagi menjadi pelajaran yang kubenci. Bukan hanya itu saja, setelah pengambilan raporku dan aku naik kelas, bapak tidak lagi menjentulkan kepalaku meskipun bapak masih sering memarahiku. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tetapi aku berpikir bahwa ketika bapak mengambil rapor kenaikan kelasku, Bu Musyarifah menceritakan apa yang aku katakana pada Bu Mus dan Bu Mus menasihati bapak.
Terima kasih Bu Musyarifah karena Ibu lah aku mencoba untuk tidak membenci matematika bahkan kini aku kuliah mengambil jurusan matematika.
T’rima kasihku kuucapkan
Pada guruku yang tulus
Kan kuingat s’lalu
Nasihat guruku
T’rima kasih kuucapkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar